Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Sang Kancil denan Buaya
Pada suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan. Sedang dia berjalan, tiba-tiba dia ternampak akan pepohon buah-buahan yang rimbun merendang di seberang sungai.
"Alangkah nikmatnya jika aku dapat merasai buah-buahan itu", fikirnya sendiri.
"Tetapi, bagaimana aku hendak menyeberang ke sana, aku bukannya pandai berenang", timbul sedikit keraguan dalam dirinya.
Setelah mundar mandir memikirkan cara untuk menyeberang sungai itu, timbul satu idea untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
"Nasib baik aku dikurniakan akal yang bijak", katanya sendirian sambil berlari ke tebing sungai untuk menjalankan misinya.
"Sang Bedal, ooo, Sang Bedal!", panggil Sang Kancil.
Tiba-tiba muncul ketua buaya-buaya di sungai itu. Dengan bengisnya dia berkata.
"Apa kau mahu Kancil?", sambil matanya meliar memerhatikan tubuh Sang Kancil.
"Alangkah enaknya kalau diratah kancil ni", fikirnya yang sedang kelaparan itu.
"Oh, begini, Raja Sulaiman menitahkan aku untuk menghitung berapa banyak buaya yang ada di sungai ini. Baginda mahu menjemput kalian ke kendurinya", mulalah Sang Kancil menjalankan tipu helahnya.
"Benarkah begitu!", serta merta nafsu lapar Sang Bedal mula menguasai diri dan dengan pantas dia memanggil anak buahnya.
Maka datanglah gerombolan buaya mengikut arahan tuan mereka.
"Jadi Sang Kancil tunggu apa lagi, cepatlah hitung bilangan kami sekarang", kata Sang Bedal kepada Sang Kancil.
"Hahaha, siap kau Bedal, mudahnya kau kena tipu dengan aku", kata sang Kancil dalam hati.
"Sabar Sang Bedal, aku fikir lebih baik jika kamu semua beratur hingga ke hujung sana. Lebih mudah untuk aku kira kamu semua", ujarnya.
Tanpa berfikir panjang, Sang Bedal mengarahkan anak buahnya untuk menurut cadangan Sang Kancil tadi. Selesai mereka beratur, mulalah Sang Kancil melompat ke atas buaya yang pertama.
"Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk", hitung Sang Kancil
Tiba sahaja di tebing sebelah sana, Sang Bedal bertanya,
"Jadi bila kami boleh pergi ke kenduri Raja Sulaiman, Kancil",
"Ada 30 ekor buaya yang bodoh di dalam sungai ini. Maaf Sang Bedal, sebenarnya tiada kenduri Raja Sulaiman, aku cuma mahu menikmati buah-buahan di sini. Hahaha, terima kasih Sang Bedal", kata sang Kancil dalam nada mengejek.
Sambil buaya-buaya lain mengerumuni Sang Bedal yang sedang keliru atas penipuan Sang Kancil, mereka bertanya,
"Jadi tak adalah makan", kata buaya yang pertama
"Kita semua dah kena tipu", kata buaya kedua
"Ini semua kau punya pasal", kata buaya ketiga sambil menyalahkan Sang Bedal. "Serang!!!", serentak mereka menjerit.
Lalu berlarilah Sang Bedal kerana dikejar anak-anak buahnya yang sedang marah. Sambil Sang Kancil dengan asyiknya menikmati buah-buahan itu.
********************
Masih ingat lagi dgn cerita2 dongeng ini? Mesti ingat kan.
Teringat zaman kanak2 dulu, kita di sogokkan dgn cerita2 dongeng spt ini. Walaupun ianya cerita dongeng, ianya tetap ada unsur2 pengajaran untuk kita semua pelajari.
Ermmm.. rasanya budak2 zaman skrg tak didedahkan lagi dgn cerita2 sebegini. Berbeza cerita mungkin. Yelah skrg ni mcm2 cerita ada. Upin & Ipin, Boboboi, Harry Porter & etc. Skopnya mungkin berbeza. Tetapi jika ada unsur2 pengajaran tidak salah lah. Tapi jgn lah cerita yg tidak boleh diterima akal atau tahlul. Takut2 akan merosakkan minda anak2 kita.
Kadang2 layan cerita kanak2 ni pun boleh jugak terhibur. Sambil2 release tension :)